Tata Krama dan Sopan Santun di Jejaring Sosial

Kita Harus Menjunjung Tinggi Tata Krama dalam Bersosial

Sama halnya di dunia nyata, pergaulan di dunia maya pun harus mengedepankan sopan santun dan tata krama. Khususnya jika kita bersosialisasi dengan orang lain di jejaring sosial, misalnya seperti Facebook dan Twitter. Sopan santun dan tata krama dalam hal apapun harus tetap diutamakan, seperti memasang status atau tweet; chating; posting foto, link, note; taging; follow/add; dan memilih profil picture. Tata krama dan sopan santun seperti halnya di kehidupan sosial nyata, saya rasa, akan membuat aktivitas sosial di dunia maya akan menjadi semakin nyaman karena adanya rasa saling hormat menghormati diantara pengguna layanan jejaring sosial. Setiap pengguna layanan social media, mempunyai hak dan privasinya dan layak untuk dihargai serta dihormati.
Data yang sangat menarik saya peroleh dari beberapa situs berita online tentang berapa banyak pengguna kedua situs jejaring sosial itu di Indonesia. Pengguna jejaring sosial Facebook di Indonesia mencapai 69 juta orang. Indonesia menjadi negara dengan pengguna Facebook terbesar keempat di dunia. Dilansir Blogs.wsj, Senin (22/9/2014), Anand Tilak, Kepala Facebook Indonesia mengatakan bahwa terdapat 69 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia. Ada kenaikan signifikan sebesar 6 persen dari 65 juta pengguna yang dilaporkan pada dua kuartal lalu. Facebook tidak membeberkan peringkat pengguna terbanyak berdasarkan negara, tetapi perusahaan riset mengestimasi bahwa jumlah pengguna Facebook di Indonesia masih di bawah Amerika Serikat, Brasil dan India. Akan tetapi, jumlah pengguna yang besar dan peningkatan jumlah pengguna yang signifikan membuat Indonesia menjadi negara potensial di Asia Tenggara. Seperti diketahui, jumlah penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa. Riset Nielsen awal tahun ini mengungkap, penetrasi smartphone di Indonesia sebesar 23 persen. Sebagian besar penduduknya mengakses website atau internet, termasuk Facebook melalui smartphone dengan banderol terjangkau. Penelitian yang dilakukan agensi riset pemasaran, Millward Brown menunjukkan, penduduk Indonesia rata-rata memakai perangkat elektronik atau gadget selama sembilan jam per hari. Sekadar informasi, pada Maret, Facebook mengungkap bahwa mereka memiliki jumlah pengguna aktif bulanan global sebesar 1,28 miliar orang. Sekira 81,2 persen dari jumlah pengguna global Facebook tersebut berasal dari luar Amerika Serikat dan Kanada

Tidak mengherankan jika sekarang ini, siswa SD sudah mempunyai account Facebook dan Twitter. Adek teman saya, kelas 4 SD, sudah aktif di jejaring sosial Facebook. Layaknya para orang dewasa lainnya, dia pun sering ‘curhat’ kepada wall Facebook-nya.

Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk di Facebook dan Twitter, terutama di Indonesia, saya kira hal ini dapat menimbulkan beberapa intrik-intrik bagi penggunanya jika tata krama dan sopan santun dalam kehidupan nyata tidak atau belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari para penduduknya. Intrik-intrik ini misalnya akan meyangkut masalah privasi, kenyamanan, penyalah gunaan account, dan hacker.
Ibarat kehidupan sosial yang sesungguhnya, setiap pengguna Facebook dan Twitter juga harus menjunjung tinggi hal-hak pengguna lainnya. Apalagi dengan kenyataan bahwa, kita sangat mudah untuk menambahkan (add atau follow) orang lain yang belum tentu sudah kita kenal atau bahkan kita temui. Tentu saja hal ini dapat membuat pengguna tertentu merasa privasi dan kenyamanannya terganggu dalam beraktivitas di kedua jejaring sosial tersebut. Meskipun setiap pengguna juga punya wewenang sendiri untuk meng-confirm atau fall back pengguna lain.
Memang tidak semua orang akan merasa demikian, karena banyak justru saya temui, pengguna yang sangat senang dan bangga jika mempunyai jumlah teman atau follower yang sangat banyak meskipun barangkali hanya sedikit yang benar-benar kenal dan tahu. Misalnya kita sendiri, kita mengidentifikasi berapa banyak teman di Facebook yang benar-benar saya tahu sebagai ‘Close friend’ adalah sebanyak 156 dari 2.817 total teman saya. Berarti teman yang benar-benar saya kenal baik adalah sebesar 5.54%. Sisanya (94. 46%) adalah teman yang saya pernah tahu, kenal, dan bertemu. Bahkan di beberapa kasus, pengguna Facebook atau Twitter malah belum pernah bertemu sama sekali, karena hanya mengandalkan saran dari Facebook sebagai ‘mutual friend’. Meskipun kita mempunyai beberapa mutual friend dengan seseorang, belum bisa menjamin kita juga mengenal orang tersebut.
Menurut saya, mempunyai banyak teman di Facebook atau Twitter bahkan sampai ribuan bukanlah sesuatu yang layak dibanggakan, apalagi dijadikan target atau perlombaan sehingga kita jadi terkesan ‘seenaknya’ saja saat menambahkan orang lain atau mem-follow orang lain sebagai teman kita. Apalah artinya banyak teman, jika ternyata yang benar-benar kita tahu sangatlah sedikit. Apalah arti banyak teman di Facebook dan Twitter jika ternyata mereka itu adalah orang yang bahkan belum pernah kita temui.
Benar sekali jika dengan beraktivitas di situs social media, kita bisa menambah teman dan networking kita namun (sekali lagi) kita tetap perlu menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama dalam kehidupan sosial kita di dunia maya. Dan, jangan pernah lupa apalagi diabaikan jika setiap orang mempunyai haknya untuk dihormati dan dihargai, termasuk di kehidupan sosial via Facebook dan Twitter. Dalam menjalin networking dan perluasan pertemanan kita di jejaring sosial, kita juga perlu menggunakan noma-norma yang berlaku di dunia nyata, meskipun sepertinya norma itu tidak tertulis di right and policy jejaring sosial bersangkutan.
Saat ingin berteman dan berkenalan dengan orang asing di dunia nyata, ada tata krama atau sopan santunnya. Meskipun tidak tertulis, namun tata krama itu telah menjadi budaya yang diterima oleh setiap orang dan dianggap sesuai dengan nilai dasar manusia. Dimulai dengan menjabat tangan, memperkenalkan diri dengan ramah, mengutarakan tujuan, bertukar indentitas, dan akhirnya berbincang-bincang. Tata krama dan sopan santun seperti itu juga seharusnya kita gunakan dalam kehidupan sosial kita di dunia maya. Kita perlu memperkenalkan diri terlebih dahulu dengan baik-baik kepada orang lain sebelum kita mememinta mereka sebagai teman kita di Facebook atau Twitter. Bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba datang dan meminta kita menjadi teman padahal kita belum tahu siapa dia, tujuannya apa, apalagi bahkan kita dan dia belum pernah bertemu sama sekali? Sangat kasar model permohonan pertemanan yang seperti itu, bukan?.
Ibarat seperti saat kita ingin bertamu kedalam rumah orang lain. Tata kramanya dan sopan santunnya, kita perlu terlebih dahulu mengetuk pintu, mengucapkan salam, kemudian setelah dibukakan pintu kita perlu mengutarakan maksud kita kepada empunya rumah, dan setelah dipersilakan masuk baru kita bisa masuk. Seperti itu juga seharusnya model permohonan pertemanan yang baik di jejaring sosial. Facebook misalnya, ia sudah menyediakan sarana message jika kita ingin meng-add orang lain. If you know *someone’s name, you can send him/her a message. Kita bisa menggunakan sarana itu untuk memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud tujuan kita. Namun, seringnya, tata krama dan sopan santun ini tidak diindahkan sama sekali orang kebanyakan penduduk Facebook.
Dengan melakukan hal seperti itu, bisa saja membuat orang lain tidak nyaman, karena tiba-tiba ada yang ingin menjadi teman tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu. Tiba-tiba ada yang masuk halaman rumahnya tanpa ijin terlebih dahulu. Tentu saja, hal seperti itu, bagi kebanyakan orang (mungkin tidak semuanya) akan sangat mengganggu. Kita harus menyadari bahwa ada hak dan privasi orang lain yang perlu kita hormati. Kita tidak bisa seenaknya saja masuk kerumah orang tanpa permisi terlebih dahulu, kecuali memang orang tersebut memperbolehkan siapa saja masuk kerumahnya tanpa harus permisi.
Jika kita memang sudah mengenal orang yang ingin kita tambahkan sebagai teman di Facebook atau Twitter, tentu saja tata krama dan sopan santun perkenalan seperti di dunia nyata tidak terlalu perlu dilakukan.
Bagi saya, kehidupan sosial via Facebook dan Twitter akan jauh lebih nyaman jika kita tetap menggunakan norma, tata krama, dan sopan santun kehidupan sosial layaknya di kehidupan nyata apapun aktivitas yang dapat kita lakukan via kedua jejaring sosial itu. Dengan demikian, akan terjalin hubungan yang saling menghargai dan hormat-menghormati antara sesama pengguna jejaring sosial.

Sumber : Pusat Layanan Internet Kecamatan

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


https://www.american-writers.org/https://www.american-writers.org/https://xn--m3c5aagqqd1s.com/